Tepung Bulu Ayam Sebagai Sumber Protein Pakan Ternak
Masalah
utama dalam peningkatan produksi ternak unggas adalah penyediaan pakan
sumber protein hewani (tepung ikan) yang harganya relatif mahal. Untuk
memenuhi kebutuhan tepung ikan Indonesia masih mengimport dari luar
negeri karena produk dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan yang
ada sehingga harganya sangat mahal dibanding bahan pakan lain. Untuk
menekan biaya pakan dan mengefisiensikan pakan diusahakan memanfaatkan
limbah pertanian ataupun peternakan.
Salah
satu produk pengolahan hasil peternakan yang belum dimanfaatkan secara
optimal sebagai bahan pakan ternak adalah bulu ayam. Bulu ayam
merupakan limbah peternakan yang dapat dijadikan sebagai bahan pakan
alternatif pengganti sumber protein hewani dalam formulasi ransum ayam
(unggas). Hal ini disebabkan karena bulu ayam memiliki kandungan
protein cukup tinggi. Murtidjo (1995), protein kasar tepung bulu ayam
mencapai 86,5% dan energi metabolis 3.047 kcal/kg. Demikian juga
menurut Rasyaf (1993), bulu ayam mengandung protein kasar cukup tinggi,
yakni 80 – 90 % , kadar protein jauh lebih tinggi dibanding tepung
ikan.
Bila dlihat dari segi
ketersediaannya, tepung bulu ayam sangat potensial dijadikan sebagai
bahan pakan alternatif dalam ransum unggas. Ini didukung oleh jumlah
pemotongan ayam yang terus meningkat dari tahun ke tahun sehingga
menyebabkan ketersediaan limbah bulu ayam terus meningkat. Demikian
juga, bila ditinjau dari kandungan proteinnya maka bulu ayam cukup
potensial dijadikan sebagai bahan pakan alternatif sumber protein
hewani penganti tepung ikan karena mengandung protein cukup tinggi dan
kaya akan asam amino esensial. Namun sebagai bahan pakan alternatif,
tepung bulu ayam tidak hanya dilihat dari segi ketersediaannya saja
tetapi kandungan nutrisinya apakah mendukung untuk digunakan dalam
formulasi ransum unggas secara luas.
Sebagai
bahan baku pakan ternak, bulu unggas jarang digunakan oleh pabrik
pakan ternak unggas. Walaupun mengandung protein cukup tinggi dan kaya
asam amino esensial, tepung bulu mempuyai faktor penghambat seperti
kandungan keratin yang digolongkan kepada protein serat. Kandungan
protein kasar yang tinggi dalam tepung bulu ayam tersebut tidak diikuti
oleh nilai biologis yang tinggi. Hal ini menyebabkan nilai kecernaan
bahan kering dan bahan organik pada tepung bulu ayam rendah. Nilai
kecernaan yang rendah pada tepung bulu ayam disebabkan oleh kandungan
keratin. Keratin merupakan protein yang kaya akan asam amino bersulfur,
sistin. Keratin sulit dicerna karena ikatan disulfida yang dibentuk
diantara asam amino sistin menyebabkan protein ini sulit dicerna oleh
ternak unggas, baik oleh mikroorganisme rumen maupun enzim proteolitik
dalam saluran pencernaan pasca rumen pada ternak ruminansia.
Keratin
dapat dipecah melalui reaksi kimia dan enzim, sehingga pada akhirnya
dapat dicerna oleh tripsin dan pepsin di dalam saluran pencernaan.
Sehingga bila tepung bulu ayam digunakan sebagai bahan pakan sumber
protein, sebaiknya perlu diolah terlebih dahulu untuk meningkatkan
kecernaannya. Nilai biologis tepung bulu ayam dapat ditingkatkan dengan
berbagai pengolahan dan pemberian perlakuan yang benar. Ada beberapa
metode pengolahan untuk meningkatkan nilai nutrisi tepung bulu ayam:
1) Perlakuan Fisik Dengan Pengaturan Temperatur Dan Tekanan,
2) Secara Kimiawi Dengan Penambahan Asam Dan Basa (Naoh, Hcl),
3) Secara Enzimatis Dan Biologis Dengan Mikroorganisme,
4) Kombinasi ketiga metode tersebut.
Penggolahan Melalui Perlakuan Fisik dengan Pengaturan Temperatur dan Tekanan
Tepung bulu direbus dalam wajan tertutup dengan tekanan 3,2 atmosfer selama 45 menit dan dikembalikan pada tekanan normal selama periode tersebut. Setelah itu dikeringkan pada temperatur 600C dan digiling hingga halus. Hasil penggolahan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Analisis Asam-asam amino dan Nitrogen pada Tepung bulu Terolah (gr/16 nitrogen)*
Asam Amino T.bulu tanpa diolah T.Bulu dg “Pemasakkan” Bertekanan
Lysine 2.22 2.08
Methionin 0.83 0.72
Cystine 9.02 6.29
Methionin+Cystine 9.85 7.01
Asam Aspartat 6.71 6.58
Threonine 5.21 4.84
Serine 12.52 11.81
Asam Glutamat 12.11 11.91
Glycine 7.92 7.54
Alanine 4.29 4.30
Valine 7.97 7.25
Isolucine 5.25 4.82
Leucine 8.40 8.05
Tyrosine 3.11 2.48
Phenylalanine 4.91 4.61
Histidine 0.80 0.72
Arginine 7.08 6.15
Tryptophan 0.86 0.73
Nitrogen, % B.K 15.43 15.38
Sumber: Pond dan Maner (1974)
Pengolahan Secara Kimiawi / Hidrolisis
Pengolahan secara kimiawi diolah dengan proses NaOH 6 % dan dikombinasikan dengan pemanasan tekanan memberikan nilai kecernaan 64,6 %. Lama pemanasan juga dapat meningkatkan kecernaan pepsin tepung bulu ayam hingga 62,9 %. Namun, pemanasan yang terlampau lama dapat merusak asam amino lisin, histidin dan sistin serta menyebabkan terjadinya reaksi kecoklatan (browning reaction). Kandungan nutrisi tepung bulu terolah tertera pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Tepung Bulu Terolah/ Terhidrolisa
Nutrisi Kandungan
Protein Kasar, % 85
Serat Kasar, % 0,3 – 1,5
Abu, % ,0 – 3,5
Calsium, % 0,20 – 0,40
Phospor, % 0,20 – 0,65
Garam, % 0,20
Sumber: McDonald et al (1989) dan Pond and Manner (1974)
Tehnik pengolahan kombinasi antara perlakuan fisik dan kimia merupakan teknik pengolahan yang saat ini bayak dipakai oleh industri TBA. Sejauh ini penggunaan tepung bulu tidak lebih dari 4 % dari total formulasi ransum unggas tanpa membuat produktivitas unggas merosot. Namun penggunaan dengan level yang lebih tinggi sangat diharapkan agar diperoleh ransum yang lebih ekonomis. Semakin baik pengolahannya, maka akan semakin baik pula hasilnya. Untuk itu penelitian-penelitian lebih lanjut sangat diharapkan seperti penggolahan secara enzimatis melalui fermentasi tepung bulu ayam menggunakan berbagai sumber enzim proteolitik.
1) Perlakuan Fisik Dengan Pengaturan Temperatur Dan Tekanan,
2) Secara Kimiawi Dengan Penambahan Asam Dan Basa (Naoh, Hcl),
3) Secara Enzimatis Dan Biologis Dengan Mikroorganisme,
4) Kombinasi ketiga metode tersebut.
Penggolahan Melalui Perlakuan Fisik dengan Pengaturan Temperatur dan Tekanan
Tepung bulu direbus dalam wajan tertutup dengan tekanan 3,2 atmosfer selama 45 menit dan dikembalikan pada tekanan normal selama periode tersebut. Setelah itu dikeringkan pada temperatur 600C dan digiling hingga halus. Hasil penggolahan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Analisis Asam-asam amino dan Nitrogen pada Tepung bulu Terolah (gr/16 nitrogen)*
Asam Amino T.bulu tanpa diolah T.Bulu dg “Pemasakkan” Bertekanan
Lysine 2.22 2.08
Methionin 0.83 0.72
Cystine 9.02 6.29
Methionin+Cystine 9.85 7.01
Asam Aspartat 6.71 6.58
Threonine 5.21 4.84
Serine 12.52 11.81
Asam Glutamat 12.11 11.91
Glycine 7.92 7.54
Alanine 4.29 4.30
Valine 7.97 7.25
Isolucine 5.25 4.82
Leucine 8.40 8.05
Tyrosine 3.11 2.48
Phenylalanine 4.91 4.61
Histidine 0.80 0.72
Arginine 7.08 6.15
Tryptophan 0.86 0.73
Nitrogen, % B.K 15.43 15.38
Sumber: Pond dan Maner (1974)
Pengolahan Secara Kimiawi / Hidrolisis
Pengolahan secara kimiawi diolah dengan proses NaOH 6 % dan dikombinasikan dengan pemanasan tekanan memberikan nilai kecernaan 64,6 %. Lama pemanasan juga dapat meningkatkan kecernaan pepsin tepung bulu ayam hingga 62,9 %. Namun, pemanasan yang terlampau lama dapat merusak asam amino lisin, histidin dan sistin serta menyebabkan terjadinya reaksi kecoklatan (browning reaction). Kandungan nutrisi tepung bulu terolah tertera pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Tepung Bulu Terolah/ Terhidrolisa
Nutrisi Kandungan
Protein Kasar, % 85
Serat Kasar, % 0,3 – 1,5
Abu, % ,0 – 3,5
Calsium, % 0,20 – 0,40
Phospor, % 0,20 – 0,65
Garam, % 0,20
Sumber: McDonald et al (1989) dan Pond and Manner (1974)
Tehnik pengolahan kombinasi antara perlakuan fisik dan kimia merupakan teknik pengolahan yang saat ini bayak dipakai oleh industri TBA. Sejauh ini penggunaan tepung bulu tidak lebih dari 4 % dari total formulasi ransum unggas tanpa membuat produktivitas unggas merosot. Namun penggunaan dengan level yang lebih tinggi sangat diharapkan agar diperoleh ransum yang lebih ekonomis. Semakin baik pengolahannya, maka akan semakin baik pula hasilnya. Untuk itu penelitian-penelitian lebih lanjut sangat diharapkan seperti penggolahan secara enzimatis melalui fermentasi tepung bulu ayam menggunakan berbagai sumber enzim proteolitik.
Kesimpulan
1.Tepung bulu ayam dapat dijadikan sebagai bahan pakan sumber protein hewani di dalam ransum pendamping tepung ikan.
2.Guna meningkatkan penggunaannya perlu penelitian berkaitan dengan pengolahan-penggolahan secara enzimatis dengan memanfaatkan berbagai sumber bakteri proteolitik.
3.Pemanfaatan lebih luas merupakan salah satu strategi dalam mengatasi pencemaran lingkungan yang disebabkan produksi limbah bulu ayam yang terus meningkat.
KAMI MENYEDIAKAN TEPUNG BULU SEBAGAI CAMPURAN UNTUK PAKAN TERNAK. (UNTUK SEMUA JENIS HEWAN TERNAK)
BAGI YANG BERMINAT HUBUNGI KAMI VIA EMAIL : fenny.rocker@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar